Oct 8, 2015

Puzzle

Bermain puzzle, bisa dikatakan salah satu mainan yang disukai anak-anak. Dimulai dari puzzle yang berisi hanya 12 bagian hingga meningkat sampai sekarang yang satu puzzlenya terdiri kurang lebih antara 96-100 bagian.

Kemarin saya post di akun instagram, dan beberapa postnya saya share di facebook, saat Ziandra sedang lomba adu cepat menata puzzle dengan ayahnya.



Mereka berlomba bukan karena memang dari awal 'diadu', tetapi awalnya karena unsur tidak sengaja.

Diawali dengan adik yang suka salah satu puzzle doraemon (berwarna biru) dan akhirnya diberantakin seperti kalau akan menyusun ulang, tetapi karena memang belum bisa akhirnya ditinggalkan. Kalau sudah begitu biasanya masnya dengan suka rela menyusun puzzle yang diberantakin adiknya. Tapi kala itu dia nggak mau, hingga akhirnya ayahnya yang turun tangan. Saat ayahnya mulai menyelesaikan puzzle doraemon biru, eh mas ikut main puzzle tetapi yang berbeda, doraemon merah.

Setelah beberapa saat, ternyata mas yang berhasil menyelesaikan duluan. Dan dengan gembiranya dia bilang "horeee!!! Mas menang, ayah kalah!" Sayapun menyambutnya dengan tepuk tangan. 

Sampai akhirnya, ketika ayahnya berhasil menyelesaikan puzzle doraemon birunya mas minta mainkan puzzle lagi yang berbeda, dan mas juga ikut main puzzle lainnya. Pikir saya, wah ronde dua nih!! Saya pun akhirnya ambil beberapa fotonya. Dan dipermainan ke dua ini, mas menang lagi. Hehehe, dan lucunya ayah kesulitan menyelesaikan puzzle ke duanya yang berakhir dengan minta tolong mas untuk menyelesaikan.

Saat akhirnya saya share foto mereka dengan ringkas cerita seperti di atas di halaman facebook saya, ada beberapa komentar yang masuk di inbox fb saya.

>> Kecil-kecil kok udah diajari dan dipaksa main puzzle.

>>>> Eit, main puzzle ini saya nggak pernah maksa mereka untuk bisa. Saya sendiri aja kaget dengan kecepatan ziandra menyelesaikan puzzle barunya.
>>>> Awal ziandra bermain puzzle ketika ia sedang ada acara outbond di paudnya, dan saat selesai outbond dan menunggu waktu pulang temannya ada yang beli puzzle, dan dia minta ikutan beli. Saat itu aja awalnya saya males belikan, karena takutnya hanya berakhir dengan berserakan. Tapi ayahnya mau belikan dan ajari pelan-pelan cara main puzzlenya. Anaknya bisa dan selalu tertarik untuk menyelesaikan yang baru, soooo... Bukan dipaksa, karena masa-masa mereka ini rentan untuk trauma dengan paksaan, kalau dipaksa malah yang ada dia babar blas nggak mau mencoba.

>> Anak kok diadu sama bapaknya.

>>>> Lomba, adalah salah satu cara belajar untuk sportif dan mampu menerima kekalahan dan nggak sombong saat menang. Waktu main puzzle ini Ziandra menang terus, jadi ajari menerima kekalahan bisa dengan contoh ayah yang kalah memuji kemampuan Ziandra, dan saya mengingatkan Ziandra untuk terus 'berlatih' supaya bisa tetap menang juga memuji ayahnya dengan bilang 'ah, ayah juga hebat... Kurang sedikit lagi tuh.' Dan saat saya berucap seperti itu Ziandra menirukan, 'iya... Ayah juga hebat!'
>>>> oia, dan ini bukan 'ngadu' secara sengaja ya... Semua tanpa rencana, terjadi begitu saja.


Ini salah satu kegiatan bermain kami.
Kamu bermain apa?

No comments:

Post a Comment