Dec 2, 2015

Memanjakan anak.

Beberapa kali saya dapat teguran, entah dari teman dekat atau saudara, yang intinya mereka bilang saya memanjakan anak-anak. Mungkin mereka bisa bilang begitu karena saya sering belikan anak-anak buku atau mainan.

Tidak akan saya bantah, karena saya memang cukup sering membelikan anak-anak buku dan mainan. Tapi apa itu memanjakan?



Mungkin pemikiran masing-masing orang tentang memanjakan anak berbeda-beda.

Kalaupun saya dikatakan memanjakan anak-anak karena hal tersebut, sepertinya saya tidak akan berhenti. Hehe. Karena saya membelikan anak-anak buku atau mainan tentu tidak serta merta beli begitu saja.

Pertama, saya dan suami sepakat kalau anak-anak punya jatah uang jajan sendiri. Hal ini sekaligus melatih kami menyisihkan uang untuk mereka leti akhirnya mengerti tentang uang nantinya. Kenapa nggak di tabung? Itu udah ada jatah sendiri. Suami saya punya prinsip, uang sekolah atau asuransi kesehatan itu kewajiban orang tua, dengan tidak memangkas hak anak untuk mendapatkan uang jajan.

Kedua, anak-anak nggak selalu mendapat apa yang diinginkan. Paling tidak tidak langsung,tidak saat mereka meminta mereka dapat. Ada proses untuk mendapatkannya. Seperti beli buku, entah itu buku bacaan atau buku mewarnai. Mereka baru dibelikan kalau buku yang sebelumnya sudah habis dibaca(kan) atau sudah habis diwarnai. Kalau mainan terkadang menjadi reward, misal mereka bertengkar, kemudian saling minta maaf mereka dapet reward mainan nantiiii ketika kita jalan-jalan.

Mungkin orang lain hanya melihat, anak-anak mainannya banyak, gitu aja. Tanpa tahu proses mendapatkannya, dan alhamdulillah duo krucil bisa diajak primpen jaga mainan mereka. Jadi mainannya banyak karena jarang ada yang dibuat main sampe rusak.

1 comment:

  1. menurutku mbak inge oke banget konsep parentingnya kok... tiap baca aku jadi sambil belajar

    ReplyDelete